Tides of Tomorrow: Game Naratif Baru dari Digixart yang Mengubah Konsep Pilihan Pemain Menjadi Dampak Nyata
Sebuah Dunia yang Ditinggalkan Pemain Sebelumnya
panevinoesandaniele.net – Ada sesuatu yang aneh dan menarik ketika saya memulai demo Tides of Tomorrow di Steam Next Fest. Saat menjelajahi dunia laut yang hancur, saya mendapati bahwa jembatan di depan saya sudah roboh. Bukan karena bug atau peristiwa cerita yang ditentukan pengembang, melainkan karena pemain sebelumnya menghancurkannya demi bertahan hidup. Saya tak punya pilihan selain membangunnya kembali agar bisa melanjutkan perjalanan. Sejak saat itu, saya sadar: ini bukan sekadar game naratif biasa.
Tides of Tomorrow menawarkan sesuatu yang jarang — dunia yang tidak hanya bereaksi terhadap pilihan Anda, tetapi juga menyimpan konsekuensi nyata dari pemain lain. Setiap keputusan yang Anda ambil akan meninggalkan jejak, memengaruhi pengalaman orang yang datang setelah Anda. Begitu pula sebaliknya — Anda bermain di atas keputusan orang lain, merasakan dunia yang telah berubah karena pilihan mereka.
Dari Pembuat Road 96 Hadir Sebuah Dunia Baru Bernama Elnyd
Digixart dan Filosofi Cerita Tentang Kebebasan Pilihan
Game ini dikembangkan oleh Digixart, studio di balik game petualangan jalanan Road 96 dan sekuelnya. Studio asal Prancis ini dikenal karena obsesinya terhadap cerita yang lahir dari pilihan pemain dan tema perjalanan manusia dalam menghadapi kekacauan sosial. Dalam Tides of Tomorrow, mereka membawa filosofi itu lebih jauh — bukan hanya keputusan Anda yang penting, tetapi juga bagaimana keputusan itu bergaung ke dunia dan pemain lain.
Sang sutradara kreatif Digixart, Yoan Fanise, pernah menyebut bahwa Tides of Tomorrow adalah “eksperimen sosial dalam bentuk naratif digital.” Game ini menantang batas antara pemain tunggal dan pengalaman kolektif, menciptakan dunia hidup yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Dunia Elnyd: Planet Samudra yang Hancur oleh Plastik
Latar permainan berlangsung di Elnyd, planet samudra yang dulunya indah namun kini nyaris musnah akibat Banjir Besar dan pencemaran plastik. Di permukaannya mengapung armada kapal, sisa-sisa peradaban manusia yang berjuang bertahan di atas lautan beracun.
Anda berperan sebagai Tidewalker, manusia yang baru terbangun dari mati suri di dasar laut. Di dunia ini, penyakit bernama plastemia — infeksi akibat mikroplastik — telah menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan. Dengan tubuh yang masih lemah dan dunia yang hancur, Anda harus memutuskan: apakah akan bertahan hanya untuk diri sendiri, atau membantu membangun masa depan bagi semua penghuni Elnyd?
Pengalaman Unik: Mengikuti Jejak Pemain Lain
Dunia yang Ditinggalkan, Cerita yang Berlanjut
Begitu demo dimulai, saya langsung disambut oleh Nahe, seorang peneliti ramah yang menyelamatkan saya dari lautan. Namun ada sesuatu yang ganjil dalam percakapannya. Ia menyebut telah bertemu seseorang lain — pemain sebelumnya — hanya beberapa saat sebelum menolong saya. Dunia yang saya jelajahi bukan dunia baru, melainkan dunia bekas orang lain.
Nahe memberi saya pilihan sederhana namun berdampak besar: menerima atau menolak sebotol Ozen, obat gas langka yang bisa menunda gejala plastemia. Tapi persediaannya hanya satu, dan jika saya mengambilnya, pemain berikutnya tidak akan mendapatkannya.
Momen itu mengubah cara saya berpikir tentang pilihan dalam game. Biasanya, keputusan dalam game naratif hanya berdampak pada NPC atau akhir cerita saya sendiri. Namun di Tides of Tomorrow, keputusan saya akan menjadi beban moral yang diwariskan kepada pemain lain.
Saya akhirnya menolak Ozen tersebut. Bukan karena saya tidak membutuhkannya, tapi karena saya membayangkan seseorang setelah saya mungkin akan sangat memerlukannya. Keputusan sederhana itu terasa lebih bermakna dari banyak “pilihan besar” di game naratif lain.
Dari Marketland ke Moralitas yang Kabur
Setelah meninggalkan Nahe, saya menuju Marketland, kota perdagangan terapung yang menjadi pusat kehidupan Elnyd. Tempat ini dikendalikan oleh Obin, pria oportunis yang memonopoli distribusi Ozen dan menukar keselamatan dengan kekuasaan. Di sini saya bertemu dua karakter penting — Reclaimer, pencuri misterius dengan moral abu-abu, dan Eyla, perempuan flamboyan yang menyembunyikan penyakit plastemia di balik senyumannya.
Marketland adalah contoh sempurna dari dunia yang hidup oleh keputusan komunitas pemain. Beberapa penjaga di area ini memberi tahu saya bahwa mereka waspada karena Tidewalker sebelumnya mencuri Ozen. Artinya, tindakan pemain sebelum saya telah mengubah dinamika keamanan kota. Saya harus menyesuaikan strategi saya — bukan karena cerita tertulis begitu, tetapi karena dunia telah benar-benar bereaksi terhadap aksi orang lain.
Ketika Jalanmu Tak Sama dengan Mereka
Melalui visi dan bayangan samar, saya dapat melihat rekaman jejak pemain sebelumnya — jalur yang mereka ambil, keputusan yang mereka buat, bahkan kesalahan yang mereka tinggalkan. Di satu titik, saya melihat bahwa pemain sebelum saya terpaksa menghancurkan jembatan darurat untuk menghindari patroli penjaga. Akibatnya, ketika saya tiba, jembatan itu telah runtuh dan saya harus mengorbankan barang berharga untuk memperbaikinya.
Namun, ada keadilan dalam dunia Elnyd. Seorang penduduk lokal yang saya bantu menolong sebelumnya ternyata memberikan saya beberapa sumber daya tambahan. Ia mengenali saya sebagai “Tidewalker yang dermawan,” karena pemain sebelum saya telah membagikan sumber daya kepada warga tersebut. Dengan kata lain, kebaikan mereka — bukan hanya kesalahan mereka — juga meninggalkan dampak positif pada dunia saya.
Sistem Naratif yang Bereaksi Terhadap Komunitas Pemain
Konsep “Legacy Gameplay” yang Revolusioner
Apa yang membuat Tides of Tomorrow benar-benar menonjol adalah sistem yang disebut Legacy Gameplay, di mana setiap dunia pemain adalah hasil dari keputusan pemain sebelumnya. Dunia ini bukan sekadar hasil algoritma, tetapi jaringan pengalaman pemain nyata. Saat Anda selesai bermain, data keputusan Anda disimpan di server global, dan pemain berikutnya akan memulai petualangan mereka di dunia yang Anda tinggalkan.
Konsep ini menciptakan efek domino naratif yang menakjubkan. Setiap keputusan, baik besar maupun kecil, memiliki konsekuensi lintas pemain. Tidak ada dua dunia yang identik, dan tidak ada dua pengalaman yang benar-benar sama. Ini memberi sensasi seperti bermain di dunia online, tetapi tanpa interaksi langsung — hanya gema keputusan yang melintasi waktu.
Pilihan yang Membangun atau Menghancurkan Dunia
Dalam wawancara dengan media game internasional, tim Digixart menjelaskan bahwa Tides of Tomorrow dirancang untuk menguji tanggung jawab sosial pemain. Anda tidak hanya memilih untuk bertahan hidup, tetapi juga menentukan apa arti moralitas di dunia yang sudah hancur.
Apakah Anda akan menyimpan Ozen untuk diri sendiri, atau membaginya dengan orang lain yang mungkin tidak Anda kenal? Apakah Anda akan mencuri demi menyelamatkan diri, atau menjaga kehormatan dalam dunia tanpa hukum? Setiap pilihan memiliki dampak yang nyata, karena sistem permainan akan menyesuaikan dunia untuk pemain berikutnya berdasarkan tindakan Anda.
Narasi yang Digerakkan oleh Empati dan Konsekuensi
Pendekatan ini menciptakan lapisan naratif yang luar biasa dalam. Anda tidak hanya merasakan emosi karakter, tetapi juga empati terhadap pemain lain. Setiap tindakan Anda bisa menjadi beban moral — bukan karena permainan menghukum Anda, tetapi karena Anda tahu ada orang lain yang akan mewarisi dunia yang Anda tinggalkan.
Seperti halnya Road 96 yang menggali tema kebebasan dan pelarian, Tides of Tomorrow menggali kemanusiaan di tengah kehancuran lingkungan dan sosial. Ia menanyakan satu hal penting: “Apakah kita mampu membuat pilihan yang benar ketika dunia telah kehilangan arah?”
Visual, Musik, dan Suasana Dunia yang Tenggelam
Desain Artistik yang Menawan dan Melankolis
Secara visual, Tides of Tomorrow mempertahankan gaya khas Digixart — perpaduan antara warna lembut pastel dan tone kelam yang menonjolkan keindahan dalam kehancuran. Dunia Elnyd penuh detail: kapal yang terapung di atas ombak kotor, langit jingga yang memantulkan cahaya plastik mengambang, dan sisa-sisa peradaban yang tenggelam di bawah laut.
Setiap lokasi memiliki atmosfer yang memancarkan kesedihan namun juga harapan. Meskipun dunia ini rusak, ada kehidupan dan komunitas yang mencoba bangkit, mencerminkan tema utama game: harapan di tengah kehancuran.
Musik yang Mengiringi Pilihan Moral
Soundtrack game ini, disusun oleh Yoann Laulan, komposer yang juga menggarap musik Road 96, memainkan peran penting dalam menyampaikan emosi. Melodi lembut namun suram menyertai setiap keputusan berat, memperkuat perasaan tanggung jawab terhadap dunia dan pemain lain.
Saat saya menolak mengambil Ozen dari Nahe, musik berubah menjadi nada minor yang lembut — bukan karena saya salah, tetapi karena permainan ingin saya merasakan beratnya belas kasih.
Tides of Tomorrow dan Masa Depan Game Naratif
Tides of Tomorrow bukan sekadar game naratif interaktif; ini adalah eksperimen sosial digital yang mempertanyakan hubungan antara pemain dan dunia yang mereka tinggalkan. Dengan menggabungkan elemen multiplayer tidak langsung, konsekuensi moral, dan dunia yang terus berevolusi, Digixart menciptakan formula baru yang berani dalam genre naratif bercabang.
Dari jembatan yang dihancurkan pemain sebelumnya hingga keputusan sederhana untuk menolak sebotol Ozen, setiap detail kecil membentuk mosaik besar dunia yang terus berubah. Dunia Elnyd hidup karena pilihan komunitas global — bukti bahwa dalam permainan ini, kita semua saling terhubung, bahkan tanpa pernah bertemu.
