Undertale Kembali ke Akar Inspirasi: Kreator Moon Rilis Stray Children, RPG Baru yang Terinspirasi oleh Undertale

Hubungan Unik Antara Moon dan Undertale

panevinoesandaniele.net – Hubungan antara dua mahakarya RPG Jepang dan Barat, Moon: Remix RPG Adventure dan Undertale, bisa dibilang merupakan salah satu kisah paling menarik dalam dunia pengembangan game. Dua dekade setelah merilis game klasik kultusnya pada tahun 1997, Yoshiro Kimura—otak di balik Moon—kembali ke dunia RPG dengan proyek baru bertajuk Stray Children, sebuah game yang secara terbuka terinspirasi oleh karya fenomenal Toby Fox, Undertale.

Yang menarik, Undertale sendiri pernah disebut oleh Toby Fox sebagai game yang mendapat pengaruh besar dari Moon. Artinya, Stray Children kini menjadi cerminan dari siklus inspirasi dua arah yang luar biasa—sebuah “ouroboros” kreatif di mana dua generasi pengembang saling memengaruhi lintas waktu.

Stray Children: RPG Modern dengan Jiwa Klasik

Game terbaru Kimura, Stray Children, dijadwalkan rilis pada akhir Oktober. Ini akan menjadi RPG baru pertama yang dirancang langsung oleh Kimura dalam lebih dari dua dekade, menjadikannya proyek yang sangat dinanti oleh penggemar JRPG klasik.

Stray Children mengusung konsep dongeng kelam yang penuh makna sosial. Pemain akan menjelajahi dunia aneh yang dihuni oleh anak-anak, sementara para “orang dewasa” yang gila dan menakutkan tinggal di luar benteng tempat mereka berlindung. Kimura menyebut game ini sebagai “cerita simbolis tentang kehilangan kepolosan dan kebijaksanaan yang lahir dari penderitaan.”

Menariknya, Stray Children tidak sekadar menawarkan pertarungan berbasis giliran seperti RPG pada umumnya. Pemain diberi dua pilihan dalam menghadapi “Olders”, para monster dewasa: mengalahkan mereka dalam pertempuran, atau menyembuhkan mereka dengan kasih sayang dan empati. Mekanisme ini menjadi penghormatan langsung terhadap sistem pasifis yang membuat Undertale begitu dicintai di seluruh dunia.

Inspirasi Undertale dalam Pembuatan Stray Children

Dalam wawancara eksklusif bersama PC Gamer, Kimura dengan jujur mengungkapkan betapa dalamnya pengaruh Undertale terhadap dirinya.

“Undertale adalah game yang hebat—memainkannya benar-benar menyentuh saya,” ujarnya. “Game itu menyentuh jiwa saya, bukan hanya perasaan saya. Karena itu, saya tidak bisa mengatakan bahwa Undertale tidak ada hubungannya dengan Stray Children. Tentu saja ada inspirasi di sana.”

Bagi Kimura, Undertale bukan sekadar referensi gaya atau ide gameplay. Game buatan Toby Fox itu justru menjadi pemicu keberanian kreatif yang membuatnya akhirnya kembali merancang RPG setelah sekian lama.

“Saya ingin membuat RPG lain setelah Moon, dan sudah lama saya memikirkannya,” kata Kimura. “Namun membuat RPG bukanlah pekerjaan mudah. Banyak tim yang mencobanya dan gagal. Saya sendiri tidak memiliki keberanian untuk memulai perjalanan itu sampai saya memainkan Undertale. Game itu memberi saya dorongan terakhir yang saya butuhkan, selagi saya masih cukup sehat untuk mendaki gunung itu.”

Perjalanan Panjang Kimura dari Moon ke Stray Children

Yoshiro Kimura dikenal sebagai salah satu tokoh paling unik dalam industri game Jepang. Setelah merilis Moon: Remix RPG Adventure bersama studio Love-de-Lic pada tahun 1997, Kimura sempat bekerja di beberapa proyek eksperimental lainnya, namun tidak pernah kembali secara penuh ke dunia RPG naratif yang menjadi ciri khasnya.

Moon sendiri adalah RPG yang menolak konvensi. Di era di mana game seperti Final Fantasy VII dan Chrono Cross sedang naik daun, Moon hadir sebagai “anti-RPG”—game yang menertawakan mekanisme klise seperti grinding dan pembunuhan monster. Pemain tidak naik level dari bertarung, melainkan dengan menyebarkan cinta dan memaafkan.

Tidak heran jika Undertale, yang mengusung filosofi serupa dua dekade kemudian, sering disebut sebagai penerus spiritual Moon. Kimura bahkan menyebut Toby Fox sebagai sosok yang “mengerti esensi sejati RPG: bukan tentang kekuatan, tapi tentang empati.”

Kini, Stray Children akan melanjutkan filosofi itu, membawa pendekatan anti-kekerasan yang sama, namun dengan visual modern, narasi psikologis yang lebih dalam, dan sistem moral yang lebih kompleks.

Hubungan Persahabatan Antara Yoshiro Kimura dan Toby Fox

Setelah Undertale dirilis pada tahun 2015 dan sukses besar secara global, Toby Fox mengungkapkan dalam berbagai wawancara bahwa Moon adalah salah satu inspirasi utamanya. Pernyataan itu ternyata menjadi awal dari persahabatan antara dua kreator lintas generasi tersebut.

Kimura mengaku bahwa hubungan mereka berkembang dengan cepat setelah itu. “Toby menghubungi saya dan kami berbicara tentang filosofi desain game. Saya merasa kami memiliki pandangan yang sama tentang bagaimana game dapat menyentuh hati pemain, bukan hanya memuaskan ego mereka.”

Berkat hubungan itu, Kimura akhirnya memutuskan untuk merilis ulang Moon secara global pada tahun 2021, untuk pertama kalinya di luar Jepang setelah lebih dari dua dekade.

Kini, Toby Fox dan Undertale tidak hanya menjadi inspirasi ide bagi Kimura, tapi juga motivasi emosional untuk melanjutkan karya barunya. “Saya tidak ingin ada yang berpikir bahwa saya menggunakan nama Toby untuk keuntungan pribadi,” kata Kimura. “Hal terpenting adalah saya menghormatinya. Saya sangat menyukainya dan menghormatinya sebagai sesama kreator.”

Filosofi Desain Stray Children: Antara Harapan dan Ketakutan

Secara tematis, Stray Children mengusung pendekatan yang sangat khas Kimura—penuh simbol, satir sosial, dan makna tersembunyi. Dunia anak-anak yang dikepung oleh orang dewasa yang gila mencerminkan konflik antara kepolosan dan korupsi, tema yang juga muncul dalam Moon.

Kimura menjelaskan bahwa dunia dalam Stray Children adalah representasi dari masyarakat modern, di mana orang dewasa sering kali melupakan nilai kemanusiaan mereka. “Anak-anak di game ini mewakili harapan, sementara Olders adalah versi ekstrem dari dunia kita yang kehilangan empati.”

Mekanisme gameplay-nya juga menggambarkan filosofi tersebut. Setiap kali pemain memilih untuk menyembuhkan alih-alih bertarung, dunia dalam game akan berubah secara halus, memperlihatkan bahwa tindakan kecil berbasis kasih dapat mengubah arah cerita.

Konsep ini mengingatkan pada rute Pasifis dan Genosida di Undertale, di mana pilihan moral pemain menentukan nasib dunia dan karakter di dalamnya.

Pengaruh Undertale terhadap Generasi Pengembang Baru

Tidak bisa dipungkiri, Undertale adalah salah satu game indie paling berpengaruh dalam dua dekade terakhir. Game ini membuktikan bahwa dengan ide kuat dan hati yang tulus, satu orang dapat menciptakan karya yang mengguncang dunia game.

Inspirasi itu kini melahirkan efek domino—bukan hanya kepada pemain, tapi juga sesama pengembang seperti Kimura. Banyak kreator muda yang terinspirasi oleh gaya storytelling Undertale, dari desain pixel-art yang sederhana namun emosional, hingga cara game tersebut mematahkan dinding keempat dan berinteraksi langsung dengan pemain.

Dalam konteks itu, Stray Children bisa dilihat sebagai bagian dari warisan Undertale yang terus berkembang: sebuah RPG yang tidak hanya ingin menghibur, tapi juga membuat pemain merenung tentang moralitas, empati, dan hubungan manusia.

Tantangan Membuat RPG di Era Modern

Kimura juga menyinggung tantangan besar dalam menciptakan RPG naratif di era modern. Ia menyadari bahwa ekspektasi pemain masa kini jauh berbeda dibanding tahun 1990-an. Dunia digital kini dipenuhi game AAA dengan grafis memukau, namun tidak semuanya berhasil menghadirkan kedalaman emosional.

“Sekarang semua orang berbicara tentang dunia terbuka dan realisme visual, tapi bagi saya, game harus tetap tentang perasaan manusia,” katanya. “Saya ingin Stray Children menjadi pengalaman yang menyentuh, bukan sekadar menakjubkan.”

Dengan tim kecil dan filosofi yang berfokus pada makna emosional, Kimura berharap game-nya dapat menjadi alternatif lembut di tengah hiruk-pikuk industri game modern.

Siklus Inspirasi yang Tak Pernah Berakhir

Kisah antara Moon, Undertale, dan Stray Children adalah bukti betapa kuatnya saling pengaruh lintas generasi dalam dunia kreatif. Sebuah ide dari tahun 1997 mampu menginspirasi karya monumental hampir dua dekade kemudian, dan kini kembali melahirkan proyek baru dari kreator aslinya.

Kimura menyebut hubungan ini sebagai “ouroboros”—simbol ular yang memakan ekornya sendiri—melambangkan siklus tanpa akhir antara inspirasi, penciptaan, dan pembaruan.

“Saya pikir inilah keindahan seni,” ujarnya. “Kita saling memberi kehidupan satu sama lain melalui karya kita.”

Dengan Stray Children, Kimura tidak hanya kembali ke dunia yang membesarkannya, tetapi juga menghormati warisan game yang dulu terinspirasi oleh dirinya sendiri.

Stray Children dan Masa Depan RPG Naratif

Stray Children tampaknya akan menjadi salah satu JRPG independen paling ditunggu tahun ini. Dengan filosofi anti-kekerasan, desain karakter yang simbolis, dan narasi penuh perasaan, game ini berpotensi menjadi jembatan antara era klasik dan modern.

Lebih dari sekadar game, proyek ini adalah manifesto pribadi Yoshiro Kimura tentang cinta, inspirasi, dan perjalanan hidup. Ia membuktikan bahwa meskipun waktu terus berjalan, semangat kreatif tidak pernah padam—selama ada orang lain yang berani meneruskan api tersebut.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *